Orang Sunda seperti orang Indonesia lainnya umumnya berpandangan bahwa kehidupan manusia bukan hanya berlangsung di dunia ini saja melainkan juga di dunia sana setelah manusia meninggal. Juga karena ada beberapa anggapan bahwa kehidupan ini tidak bisa terlepas dari alam sekelilingnya juga menyadari sepenuhnya bahwa manusia ini tidak berdaya (teu daya teu upaya) maka hal ini erat kaitannya dengan memuja (mengagungkan Yang Maha Kuasa).
Sehubungan dengan hal itu pula bahwa orang Sunda menganggap bahwa dunia ini dipandang sebagai kesatuan kosmis yang artinya setiap unsur yang ada di dunia ini saling berhubungan. Oleh sebab itu pada masyarakat Sunda hal-hal yang religius selalu bertalian dengan upacara-upacara ritual (dengan hal-hal yang bersifat suci) atau berhubungan dengan super natural (hal-hal yang di luar kemampuan akal pikiran manusia). Karena itulah banyak sekali pamali, cadu, buyut, ialah larangan-Iarangan yang diwariskan turun temurun dari satu generasi ke generasi selanjutnya, yang bila dilanggar tidak hanya membawa akibat bahkan malapetaka bagi pelanggarnya, tetapi bagi seluruh masyarakat dimana ia tinggal (Hidding; 1935 : 18).
Disamping larangan-Iarangan juga anjuran-anjuran apa yang sebaiknya dilakukan, juga ada perhitungan-perhitungan waktu yang disebut petangan atau palintangan untuk melakukan sesuatu yang penting misaInya pernikahan,pindah rumah, menyunat anak dan lain-lain. Dalam palintangan ini diperhatikan dan dihubungkan beberapa hal dari orang yang bersangkutan misalnya : nama, hari lahir, pekerjaan dan lain-lain. Pantangan atau palintangan juga digunakan dalam memberikan nama bayi yang baru lahir dalam menentukan jodoh, mencari barang yang hilang, meninggalkan rumah tanpa diketahui tujuannya.
Unsur-unsur kepercayaan lainnya di luar Islam adalah misalnya kepercayaan terhadap berbagai makhluk halus yang kebanyakan tidak baik itikadnya terhadap manusia, dan karena itu harus dijauhi atau dijauhkan dengan berbagai cara. Orang kota sudah tidak begitu banyak mengenal makhluk ini, tetapi di pedesaan kepercayaan terhadap adanya rupa-rupa makhluk ini kebanyakan masih kuat.
Dikatakan bahwa ada yang disebut "kelong" yaitu makhluk halus yang tinggal di pohon-pohon besar, di tepi sungai, di tempat-tempat sunyi. Ia menyerupai perempuan yang bersusu besar dan panjang, rambutnya tak terurus dan mukanya menakutkan. Ia kadang-kadang mencuri anak-anak gadis atau wanita hamil. Orang yang dicuri itu disebut dirawu kelong. Orang yang dirawu kelong sering ditemukan berada di atas pohon, di pinggir sungai atau di tempat-tempat lainnya di mana manusia tidak akan tinggal bermalam, biasanya ditemukan oleh orang-orang yang "uninga".
Orang Sunda ada yang masih percaya bahwa suatu tempat ada yang menguasainya yaitu makhluk halus yang dianggap roh nenek moyang alam penguasa ternpat itu ketika hidup. Makhluk seperti itu disebut : ngageugeuh tempat itu dan ia disebut nu ngageugeuh, yang menguasai sering diberi nama seperti misalnya "embah jogjo", embah malim, dan sebagainya. Di Ciamis ada yang disebut Onom.
Selain percaya adanya makhluk-makhluk halus tersebut di atas, orang sunda juga ada yang percaya pada magic yang disebut teluh atau tenung yaitu magic hitam, juga pada pelet dan sebagainya. Agama Islam membawa kepercayaan akan adanya kehidupan yang kekal di akhirat setelah manusia meninggalkan alam fana,ialah setelah badan "wadahnya" meninggal ia hidup sebagai makhluk halus disebut roh. Agama Islam juga .mengajarkan bahwa Tuhan Yang Maha Esa menciptakan makhluk halus yang disebut Malaikat, jin dan Syetan. Terhadap yang terakhir inilah manusia harus waspada karena ia tanpa hentinya mencoba menggoda manusia agar tersesat dan menjadi temannya di neraka.Jadi kalau dikaitkan dengan pandangan hidup orang Sunda yang telah dipaparkan tadi, tidak lain bahwa magic ini untuk mendidik manusia bertingkah laku dengan baik.
Friday, 12 September 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment