Wednesday, 10 September 2008

Pandangan Hidup Orang Sunda















Orang Sunda seperti orang Indonesia lainnya/umumnya berpandangan bahwa hidup manusia bukan hanya berlangsung di dunia ini saja melainkan juga di dunia sana setelah manusia meninggal. Hal ini mempengaruhi dengan kuat tingkah laku orang Sunda, apa lagi mereka pada umumnya beragama Islam, yang mengajarkan antara lain bahwa setiap orang bertanggung jawab atas tingkah lakunya yang baik ataupun ygng tidak baik. Hal inilah yang ditanamkan sejak keciJ oleh orang tua pada anak, membuat orang Sunda dengan tegas membedakan antara yang baik dan yang tidak baik. Pepatah ke arah sana misalnya cita-cita orang Sunda pada umumnya adalah ; "cageur, bageur" (sehat, normal) dan baik hati, kadang-kadang diteruskan dengan "bener, pinter serta jujur", sering pula dilengkapi dengan "pangger, teger, singer dan wanter".

Hal-hal yang dilarang banyak ditunjukkan dengan kata "pamali" misalnya pamali menikah mendahului kakak (yang disebut calutak). Yang melanggar pamali akan ditimpa kemalangan, yang sebenarnya didatangkan agar dia sadar Di antara yang harus atau sebaiknya dilakukan agar hidup kita selamat di samping melakukan kewajiban yang berdasarkan agama Islam adalah juga untuk melakukan talari paranti atau adat karuhun ialah kebijaksanaan sakraal yang diwariskan oleh nenek moyang antara lain upacara tradisional, sangkan salamet rahayu hirup urang. Meskipun tidak ada data tentang berapa jumJahnya orang Sunda yang beragama Islam dan yang beragama Jainnya, tetapi dapatlah dikatakan bahwa orang Sunda beragama Islam, dan hanya sedikit sekali yang beragama Katholik, Protestan, Hindu, Budha dan lain-lain.

Beberapa daerah di Jawa Barat penduduknya ada yang terkenal sangat teguh berpegang dan melaksanakan agama Islam yaitu ; Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Cianjur dan Banten. (Suhandi S.H.M., dan Edi S. Ekadiati, 1980 : 212).
Dipandang dari sejarah orang Sunda di bidang keagamaan dan kepercayaan seperti banyak suku bangsa Indonesia lainnya, pada dasarnya mengalami empatperiode yaitu masa :
- Animisme dan dinamisme.
- Hindu
- Pengislaman
- Pengaruh Katholik dan Protestan, yang dibawa oleh penguasa barat ketika mereka berkuasa di tanah air selama kurang lebih tiga setengah abad.

Pandangan-pandangan di bidang keagamaan dan keercayaan dari masa pra Islam mungkin masih terdapat dalam cara hidup orang Sunda yang sekarang kebanyakan beragama Islam.

Orang Sunda merasa bahwa hidup ini merupakan satu kesatuan kosmis dimana semua unsur-unsurnya berhubungan dan dapat saling mempengaruhi. Karena itulah banyak sekali kata "Pamali, sumpah, cadu, buyut" yaitu larangan-larangan yang diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi selanjutnya, yang bila dilanggar tidak hanya membawa akibat bahkan malapetaka bagi pelanggarnya, tetapi bagi seluruh masyarakat di mana ia tinggal (Hiding, I Ins : 18). Di samping larangan-Iarangan terhadap anjuran-anjuran yang akan dirasakan tidak logis kalau tidak dipandang dalam rangka satu kesatuan kosmis tersebut tadi, misalnya agar mempunyai hati yang berani kita harus memakan hati harimau. Agar tidak diganggu makhluk jahil seorang wanita yang sedang hamil harus membawa jarum atau tusuk konde atau barang-barang kecil yang tajam lainnya.

Kembali pada permasalahan pandangan hidup tadi bahwa untuk mengetahui pandangan hidup orang Sunda dapat ditelaah melalui ungkapan-ungkapan tradisional mengenai :

1) Tentang manusia sebagai pribadi ( MP )
2) Tentang manusia dengan masyarakat ( MM )
3) Tentang manusia denga alam ( MA )
4) Tentang manusia dengan Tuha ( MT )
5) Tentang manusia dengan kesejahteraan lahir dan batin (MLB)

Juga cerita-cerita rakyat berupa mithologi atau legenda.

Contoh ungkapan tradisional

1) Tentang manusia sebagai pribadi.

a. Kudu hade gogog hade tagog.
Artinya, harus baik budi bahasa dan tingkah laku.

b. Nyaur kudu diukur, nyabda kudu diungang.
Artinya, segala perkataan harus dipertimbangkan sebelum diucapkan , senantiasa mengendalikan diri dalam berkata-kata.

c. Batok bulu eusi madu.
Artinya, diluarnya buruk di dalamnya bagus. Misalnya tampaknya miskin dan bodoh, tetapi kaya atau pandai.

d. Ulah bengkung bekas nyalahan.
Artinya, tingkah laku harus tetap baik dan benar, jangan menyimpang.

e. Ulah elmu ajug.
Artinya, Orang yang hanya dapat menasehati orang lain agar berbuat baik, tetapi dia sendiri berbuat keburukan.

f. Henteu gedag bulu salambar.
Artinya, tidak merasa gentar sedikitpun menghadapi musuh.

g. Teu busik bulu salambar
Artinya, pendirian yang kokoh, tidak goyah sedikitpun.

h. Sacangreud pageuh sagolek pangkek
Artinya, teguh memegang pendirian, tidak pernah melanggar janji.

i. Indung suku oge moal dibejaan.
Artinya, harus teguh menyimpan rahasia, apalagi rahasia negara.

J. Ulah gindi pikir belang bayah.
Artinya, jangan buruk hati, jangan punya pikiran buruk terhadap sesama.

k. Hambur bacot murah congcot.
Artinya, banyak cakap, cerewet dan sering memarahi tetapi suka memberi makanan.

l. Kudu boga pikir rangkepan.
Artinya, harus punya curiga. Tidak mudah percaya kepada orang lain.

2) Tentang Manusia dengan masyarakat

a. Kudu silih asih, silih asah, silih asuh.
Artinya, di antara sesama hidup harus saling mengasihi, saling mengasah, dan saling mengasih.

b. Ngadeudeul ku congo rambut.
artinya, memberi sumbangan kecil, tetapi disertai dengan kerelaan.

c. Kawas gula jeung peueut.
artinya, hidup rukun saling menyayangi, tak pernah berselisih.

d. Ulah kawas seuneu jeung injuk.
Artinya, jangan mudah bersilisih, agar pandai mengendalikan nafsu-nafsu negatif.

e. Ulah marebutkeun balung tanpa eusi.
Artinya, jangan memperebutkan perkara yang tidak ada gunanya.

f. Pondok jodo panjang baraya.
Artinya, meskipun sebagai suami istri jodohnya pendek, hendaknya terus menjadi saudara.

g. Ulah nyieun pucuk ti girang
Artinya, jangan mencari bibit permusuhan.

h. Ulah ngaliarkeun tale us ateul.
Artinya,jangan menyebarkan perkarayang dapat menimbulkan keburukan.

i. Ulah nyolok mata buncelik.
Artinya, jangan memberitakan sesuatu yang tidak pantas terdengar oleh orang lain.

j. Ulah biwir nyiru rombengeun
Artinya, jangan berbuat sesuatu di hadapan orang lain dengan maksud mempermalukan orang.

k. Henteu asa jeung jiga.
Artinya, karena sudah lama bergaul, sudah tidak merasa sangsi dan ragu-ragu lagi, sudah seperti dengan saudara.

l. Taraje nanggeuh dulang tinande.
Artinya, siap sedia menjalankan kewajiban, khusus seorang istri kepada suammya.

3) Manusia Dengan Alam

a. Manuk Hiber ku jangjangna, Jalma hidup ku akalna
Artinya, setiap makhluk masing-masing telah diberi cara atau alat untuk melangsungkan kehidupannya.

b. Leutik ringkang gede bugang.
Artinya, manusia itu meskipun kecil badannya, kalau meninggal dalam perjalanan, besar urusannya tidak seperti binatang.

c. Jawadah tutung briritna sacarana-sacarana.
Artinya, setiap bangsa memiliki cara dan kebiasaan olasing-masing.

4. Manusia dengan Tuhan

a. Mulih ka jati mulang ka asal.
Artinya, meninggal, asal dari Tuhan dan kembali kepada Tuhan.

b. Dihin pinasti anyar pinanggih
Artinya, segala hal yang dialami sekarang sesungguhnya sudah ditentukan dahulu, agar orang senantiasa percaya bahwa segala sesuatunya terjadi adalah kehendak Tuhan.

c. Nimu luang tina burang.
Artinya, mendapat pengalaman atau pengetahuan pad a waktu mendapat kecelakaan.

d. Buaya mangap batang liwat.
Artinya, memperoleh sesuatu yang sangat diharapkan dengan tak terdllga sebeJumnya.

5. Manusia dalam mengejar kemuliaan lahiriah.

a. Ulah pagiri-giri calik, pagirang-girang tampian.
Artinya, janganlah saling mengatasi di dalam mencari keuntungan sehingga tidak mengindahkan keselamatan bersama. Jangan berebut kekuasaan atau jabatan.

b. Kudu paheuyeuk-heuyeuk leungleun.
Artinya, harus saling menolong.

c. Ulah ngukur baju saserig awak.
Artinya,jangan mempertimbangkan sesuatu hanya dari segi kepentingan pribadi.

d. Ulah pupulur memeh mantun.
Artinya, jangan meminta upah sebelum bekerja.

e. Ulah kumeok memeh dipacok.
Artinya, kalau menghadapi pekerjaan janganlah sebeJum apa-apa sudah merasa berat.

f. Mending waleh batan leweh.
Artinya, lebih baik berterus terang dari pada terus menanggung kedukaan.

g. Mending kendor ngagembol, tinimbang gancang pincang.
Artinya, Jebih baik Jambat tetapi dengan ban yak hasilnya dari pad a cepat dengan sedikit hasil.

h. Asa mobok manggih gorowong.
Artinya, orang yang sedang mencari jalan, lalu mendapat pula pertolongan sehingga merasa senang.

I. Ulah puraga tamba kadengda.
Artinya, dalam mengerjakan suatu pekerjaan jangan asal dikeriakan saia, tetapi harus dengan sungguh-sungguh sehingga hasilnya memuaskan.

J. Batan, kapok anggur gawok.
Artinya, dari pada berhenti melakukan pekerjaan yang tidak baik, malah maki menjadi-jadi.

k. Ulah gasik nampi gancang narima.
Artinya, jangan terburu-buru menerima sesuatu, hendaknya dipikirkan dulu baik buruknya.

l. Kudu bisa lolandokan.
Artinya, pandai menyesuaikan diri.

Dari ungkapan-ungkapan di atas, orang Sunda beranggapan bahwa manusia selama hayatnya hendaknya memiliki tujuan hidup yang baik. Hidup lanpa tujuan adalah salah satu kehidupan yang mencemaskan dan karena itu senantiasa dihindari. Dalam usaha mencapai tujuan hidupnya manusia hendaknya sadar bahwa dirinya hanyalah merupakan bagian yang sangat kedil dari alam semesta. Bagian-bagian dari alam semesta, yang berada di luar diri manusia, dapat digolong-golongkan ke dalam tiga golongan besar yaitu "alam,masyarakat dan wujud super natural" setiap golongan itu mempunyai kekuatan masing-masing. Alam memiliki hukum alam, masyarakat memiliki nilai-nilai dan norma-norma, wujud super natural memiliki kekuasaan untuk mengadakan dan meniadakan atau kekuasaan untuk menciptakan dan menghancurkan .

Hukum alam, nilai-nilai dan norma-norma masyarakat serta kekuasaan super natural, senantiasa melancarkan pengaruhnya kepada tingkah laku manusia, Setiap langkah manusia selama hidupnya, senantiasa dihadapkan kepada ketiga kekuatan itu dan dituntut untuk menyesuaikan diri. Kalau ia menghendaki mencapai kehidupan yang dicita-citakan dan dikejarnya. Manusia akan mampu menyesuaikan diri kepada kekuasaan dan kekuatan yang berada Iii luar dirinya, apabila ia mampu mengendalikan hasrat, dorongan dan kemampuan Yllog berasal dari dalam dirinya sendiri, sehingga kekuatan di luaran di dalam dirinya itu tidak berbenturan dan bisa berjalan serasi serta saling menunjang.

Untuk mengetahui apa tujuan hidup yang baik itu yang menurut urang Sunda serta bagaimana cara mencapainya diperlukan guru. Guru yang dimaksud di sini baik pengajar maupun ajaran bahkan Tuhan Yang Maha Esa di juluki Guru Hyang Tunggal (guriang tunggal). Fungsi guru adalah menuntun manusia agar mendapat keterangan yang benar, eel aka atau selamat, baik atau buruk seseorang ditentukan pula oleh gurunya atau siapa yang ditirunya. Oleh karena itu bagi seseorang dalam perjalan hidupnya, berguru, belajar dan menempuh pendidikan merupakan keharusan. Walaupun seseorang memiliki bakat yang baik, tetapi apabila tidak diberikan pendidikan bakatnya itu tidak akan berkembang dan tidak dapat tampil. Seseorang bisa belajar dari kegagalan yang dialaminya, dari contoh yang dilihatnya dari hal-hal yang dibcanya dari kegiatan berpikir dan dari hal-hal yang ditemukan dalam perjalanan.

Orang Sunda beranggapan bahwa orang Sunda harus pula mentaati ajaran-ajaran yang telah ada sejak dulu, yakni ajaran-ajaran kesentosaan hidup baik dunia maupun akhirat, yang dipesankan ibu, bapak, kakek, buyut yang mengetahui akan ajaran mahapandita.Di antara ajaran-ajaran leluhur Sunda yang pada saat ini telah direkam ke dalam tulisan, ada yang disajikan seeara gamblang seperti pada naskah Kuna (abad 16) Siksa Kandang Karesian, Sawer Panganten dan sebagainya. Ajaran ieu bagi orang Sunda minimal mempunyai tiga fungsi.

Fungsi pertama: Sebagai pedoman yang menuntun seseorang dalam perjalanan hidup yang harus dilaluinya.

Fungsi kedua: Sebagai kontrol sosial terhadap hasrat-hasrat dan gejolakgejolak yan timbul dalam diri seseorang.

Fungsi ketiga: Sebagai suasana dalam lingkungan tempat seseorang tumbuh dan dibesarkan, yang tanpa perlu disadari telah meresap ke dalam diri orang itu. Resapan ajaran itu kemudian muncul kepermukaan yang bisa diamati pada tingkah lakunya, pada tatacara yang diamatinya, pada gagasan-gagasan yang dilontarkannya serta pada hasil-hasil karyanya seperti, tulisan-tulisan dan sebagainya.

Untuk bisa sampai kepada tujuan hidup yang dikejarnya, orang Sunda berusaha agar semua dorongan hasrat dan kemampuan pada dirinya dan kekuatan yang bersumber di luar dirinya, menjadi faktor penunjang semaksimal mungkin dan menjadi penghambat seminimal mungkin. Orang Sunda beranggapan bahwa lingkungan alam akan memberikan manfaat yang maksimal kepada manusia apabila dijaga kelestariannya, dan sebaliknya alam akan berbalik menimbulkan malapetaka dan kesengsaraan kepada manusia. Begitu pula masyarakat akan mernberikan manfaat sebesar-besarnya, apabila diperlakukan dengan prinsip silih asih, silih asah dan silih asuh. Semangat bekerja sama untuk kepentingan semua harus dipupuk dan dikembangkan. Sedangkan semangat bersaing, saling menjegal, rebutan rejeki dan rebutan kedudukan harus dicela dan ditekan sekecil mungkin.

Suatu gejala menarik yang timbul dari data penelitian ialah kecenderung orang Sunda dalam mencai tujuan hidupnya yang selalu diimbangi dengan ukuran tertentu Seperti yang tersirat pada Siksa Kandang karesian yaitu "makan sekedar tidak lapar, minum sekedar tidak haus".Dernikianlah ukuran yang digunaka oleh orang Sunda zaman dahulu ialah ukuran menempati "posisi tengah" yaitu tidak kekurangan dan tidak pula berlebihan (siger tengah).

Sebagai kesimpulan, hubungan-hubungan yang ideal antara para kerabat, pada dasarnya sama bagi para anggota masyarakat Sunda, karena di rumahlah dan di antara kaum kerabatlah seseorang dididik untuk bertingkah laku dengan baik di masyarakat.

Pandangan hidup (pegangan utama) bagi memelihara hubungan baik antara individu dalam kekerabatan orang Sunda antara lain :

1. Menunjukkan rasa horma pada yang lebih tua atau yang secara katagorikal "kapernah leuwih kolot" ialah dihitung sebagai lebih tua, misalnya dari ego terhadap emang atau kapernah emang, meskipun usia emang itu sama dengan ego atau bahkan agak lebih muda.

2. Silih asih ialah saling menunjukkan rasa kasih sayang. Silih asih ini sering diperpaniang menjadi silih asih, silih asah, silih asuh, artinya menjadi memberikan penglaman dan pengetahuan serta saling memperbaiki kesalahan dan mengasihi kekurangan dan saling membingbing. Sehubungan dengan orientasi ke atas yang disebut tadi yang bukah hanya berlaku di masyarakat melainkan juga di kaum kerabat orang Sunda, maka dalam prakteknya yang dituakanlah atau yang dianggap tualah yang mengasuh, terhadap anggota kerabat yang lebih muda/kurang berpengalaman.

3. Sapapait-samamanis ialah senasib sepenanggungan termasuk didalamnya saling mernbantu dan gotong royong.

4. Silih eledan atau sHih elehan artinya saling rnemberi jalan bahkan saling mengalah.

5. Kerukunan sedapat mungkin orang harus menghindari pertengkaran apalagi dengan kaum kerabat. Anak-anak sejak kecil diberi petuah "ulah sok pasea jeung dulur matak pajauh huma". Artinya kalau kita bertengkar dengan saudara akibatnya patah arang.

Masih ada hal-hal lain mengenai petunjuk mendetail tentang tingkah laku dan sikap yang sebaiknya ada diantara para kerabat, tetapi boleh dikatakan semuanya boleh dikembalikan kepada lima hal kelompok di atas.

Setiap kelompok kerabat biasanya mempunyai beberapa orang yang dituakan, yang dipandang mengetahui ad at kebiasaannya mengenai upacaraupacara itu. Mereka selalu diikutsertakan baik sebagai pembimbing maupun tamu dan peserta terhormat dalam penyelenggaraan upacara. Sebab segal a aspek mengenai pandangan hidup secara dominan tercermin dan terungkap dalam upacara-upacara ritual.

2 comments:

Anonymous said...

halo, boleh tau gak itu sumbernya dari buku apa? terimakasih

Unknown said...

gasik nampi,gancang narima